Orangtua yang merokok bisa membuat bayinya terkena tekanan darah tinggi begitu si anak mencapai usia masuk sekolah, begitu laporan dari American Heart Association's Journal Circultation.
Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Jerman ini mengamati rekaman kesehatan keluarga dari 4.000 anak TK di Jerman dengan rata-rata usia 5,7 tahun. Dibandingkan dengan rumah yang bebas dari asap rokok, anak-anak yang memiliki setidaknya 1 orangtua yang merokok ternyata memiliki kecenderungan 21 persen tekanan darah lebih tinggi meski sudah dihitung dengan rata-rata berat badan lahir, indeks massa tubuh, dan anggota keluarga yang juga punya hipertensi.
Menurut pimpinan penelitian, dr Giacomo D Simonetti, perokok pasif meningkatkan risiko peningkatan darah tinggi hingga garis akhir dari batas normal, dan sebagian dari anak-anak ini sudah memiliki tekanan darah yang tinggi.
Dalam studi, ibu yang merokok memiliki dampak yang jauh lebih besar pada bayi ketimbang kebiasaan merokok sang ayah, spekulasinya, karena sang ibu lebih sering bersama si anak. Mengalami tekanan darah yang tinggi bisa mengakibatkan masalah kesehatan kardiovaskular di masa dewasa anak.
Studi lain menunjukkan bahwa anak yang menjadi perokok pasif juga akan mengalami masalah asma hingga infeksi telinga. Solusi terjelasnya hanya memastikan setiap orang yang dekat dengan bayi harus berhenti merokok. Asap yang menempel pada tubuh perokok dan keringat yang keluar dari orang merokok juga bisa berisiko pada bayi.
Simonetti mengungkap, tekanan darah anak-anak akan terus memengaruhi kesehatan anak hingga ia dewasa. Menghindari segala faktor risiko pada anak secepatnya akan membantu mengurangi risiko anak mengalami masalah penyakit jantung di masa depan dan membantu menjaga kesehatan si anak.
Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Jerman ini mengamati rekaman kesehatan keluarga dari 4.000 anak TK di Jerman dengan rata-rata usia 5,7 tahun. Dibandingkan dengan rumah yang bebas dari asap rokok, anak-anak yang memiliki setidaknya 1 orangtua yang merokok ternyata memiliki kecenderungan 21 persen tekanan darah lebih tinggi meski sudah dihitung dengan rata-rata berat badan lahir, indeks massa tubuh, dan anggota keluarga yang juga punya hipertensi.
Menurut pimpinan penelitian, dr Giacomo D Simonetti, perokok pasif meningkatkan risiko peningkatan darah tinggi hingga garis akhir dari batas normal, dan sebagian dari anak-anak ini sudah memiliki tekanan darah yang tinggi.
Dalam studi, ibu yang merokok memiliki dampak yang jauh lebih besar pada bayi ketimbang kebiasaan merokok sang ayah, spekulasinya, karena sang ibu lebih sering bersama si anak. Mengalami tekanan darah yang tinggi bisa mengakibatkan masalah kesehatan kardiovaskular di masa dewasa anak.
Studi lain menunjukkan bahwa anak yang menjadi perokok pasif juga akan mengalami masalah asma hingga infeksi telinga. Solusi terjelasnya hanya memastikan setiap orang yang dekat dengan bayi harus berhenti merokok. Asap yang menempel pada tubuh perokok dan keringat yang keluar dari orang merokok juga bisa berisiko pada bayi.
Simonetti mengungkap, tekanan darah anak-anak akan terus memengaruhi kesehatan anak hingga ia dewasa. Menghindari segala faktor risiko pada anak secepatnya akan membantu mengurangi risiko anak mengalami masalah penyakit jantung di masa depan dan membantu menjaga kesehatan si anak.
______________________________________________________________________________________________
Efek Dari Ibu Hamil Perokok Terhadap Janinnya
Penelitian yang diterbitkan di European Heart Journal, menunjukkan bahwa, pada usia delapan tahun, anak yang lahir dari ibu perokok memiliki kadar kolesterol sekitar 1.3 milimol per liter (mmol / L), dibanding dengan yang nomal 1.5 mmol/L pada anak yang lahir dari ibu yang tidak merokok. Para peneliti menemukan bahwa efek ini adalah murni dari paparan asap rokok setelah melahirkan. Hal ini menunjukkan bahwa, paparan asap rokok pra-melahirkan memiliki dampak paling besar pada perkembangan anak selanjutnya, hingga dampak permanen pada masa dewasa sang bayi.
Lanjutnya, meskipun merokok selama atau setelah masa kehamilan, diketahui terkait dengan masalah kesehatan anak, termasuk perilaku neurokognitif dan kematian bayi mendadak. Sampai sekarang belum jelas apa efek dari paparan langsung asap rokok pra-melahirkan terhadap risiko penyakit jantung dimasa depan.
Prof. Celermajer dan rekan-rekannya memutuskan untuk meneliti efek dari ibu hamil merokok pada ketebalan dinding arteri. Para peneliti mengumpulkan data sebelum bayi dilahirkan dan saat bayi tumbuh, termasuk informasi mengenai dampak dari kebiasan ibu hamil merokok sebelum dan setelah kehamilan, pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar pinggang, serta tekanan darah.
“Anak-anak yang lahir dari ibu perokok selama kehamilan akan diawasi tertutama untuk risiko jantung koroner, tekanan darah tinggi, kadar kolesterol yang buruk, untuk penelitian selanjutnya,” kata Prof Celermajer.
Meskipun tidak ada efek pada ketebalan dinding arteri janin, namun, Prof. Celermajer menemukan bahwa, ada efek pada kadar kolesterol pada bayi. Faktor ini sangat siginfikan jelas dan dapat dilihat pada aktivitas fisik dan indeks masa tubuh bayi selama tumbuh.
Para peneliti percaya bahwa kadar kolesterol rendah pada usia masih bayi menunjukkan, kemungkinan ada dampak serius pada kesehatan di kemudian hari, sebagai anak-anak mungkin akan memiliki kesehatan yang lemah di masa dewasanya.
“Kadar kolesterol cenderung untuk melacak dari masa kanak-kanak sampai dewasa, dan studi telah menunjukkan bahwa untuk setiap kenaikan 0.025 mmol/L dalam tingkat high-density lipoprotein (HDL), ada pengurangan sekitar 2-3% dalam risiko penyakit jantung koroner. Dan kita menginfornasikan, bahwa antara anak-anak dari ibu merokok versus ibu tidak merokok, mungkin menimbulkan risiko 10-15% lebih tinggi untuk penyakit koroner pada anak dari ibu merokok,” jelasnya.
______________________________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________________________
Bayi baru lahir rentan juga 28 persen lebih mungkin untuk memiliki bibir sumbing dan kaki pengkor atau 33 persen lebih mungkin memiliki cacat tengkorak.
Rokok juga meningkatkan resiko gastroschisis, yang menyebabkan bagian dari lambung atau usus untuk menonjol melalui kulit, dengan 50 persen.
Penelitian, yang tampak pada total 174.000 kasus malformasi, diterbitkan online hari ini dalam jurnal Human Reproduction.
Meskipun peringatan kesehatan tentang bahaya merokok sambil mengharapkan bayi, 17 persen wanita Inggris hamil, dan 45 persen dari mereka yang di bawah 20, masih merokok.
Penulis utama Profesor Allan Hackshaw, dari University College London, mengatakan: “Ibu merokok selama kehamilan merupakan faktor risiko mapan untuk keguguran, berat lahir rendah dan kelahiran prematur.”
“Namun, kebijakan kesehatan sangat sedikit masyarakat pendidikan menyebutkan cacat lahir ketika mengacu pada merokok dan mereka yang tidak sangat spesifik, sebagian besar karena ketidakpastian masa lalu di mana yang secara langsung terkait.”
“Sekarang kita memiliki bukti, saran harus lebih eksplisit tentang jenis-jenis cacat serius seperti cacat anggota badan, dan malformasi wajah dan gastrointestinal bahwa bayi dari ibu yang merokok selama kehamilan.”
“Pesan dari penelitian ini adalah bahwa wanita harus berhenti merokok sebelum hamil, atau sangat awal, untuk mengurangi kemungkinan memiliki bayi dengan cacat fisik yang serius dan seumur hidup.”